HUBUNGAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata
Kuliah Antropologi-Sosiologi Pendidikan
Dosen
Pengampu: Dr. Sabarudin, M.Si.
Yuli
Nurdiyanto
14410110
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
Daftar
Isi i
Kata
Pengantar................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah....................................................................... 1
2. Rumusan
Masalah................................................................................. 1
3. Tujuan
Makalah.................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pendidikan dan Kebudayaan............................................. 2
2. Pendidikan
dan Pewarisan Budaya...................................................... 2
3. Peranan
Pendidikan Formal dalam Proses Pembudayaan.................... 3
4. Proses
Pembudayaan Melalui Pendidikan Formal................................ 4
5. Kepribadian
dan Pendidikan................................................................ 5
6. Proses
Perubahan Budaya.................................................................... 7
BAB
III PENUTUP
1. Kesimpulan........................................................................................... 11
2. Daftar
Pustaka...................................................................................... 12
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mamberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Hubungan Pendidikan
dan Kebudayaan. Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah mengarahkan kepada kita
satu-satunya agama yang diridhoi Allah SWT, yakni agama Islam.
Alhamdulillah
penulisan makalah ini bisa diselesaikan,
walaupun kemungkinan dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan-kekuragan baik dalam penggunaan bahasa maupun pengambilan data-data
yang bisa dibilang kurang lengkap dan detail, mengingat keterbatasan penulis
yang masih belum bisa maksimal dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan.
Akhir kata
penulis menyadari bahwasanya bila segala urusan telah selesai, maka akan tampak kekurangannya. Oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran dari pembaca demi peningkatan kualitas dan mutu
dari makalah yang penulis susun ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
1. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua
hal yang berhubugan erat, kebudayaan tidak akan terbentuk tanpa proses
pendidikan, sedangkan pendidikan tujuan utamanya adalah membentuk kebudayaan
yang baik dalam masyarakat. Di zaman modern seperti sekarang berbagai macam
budaya di seluruh belahan dunia dapat tersebar didalam waktu yang sangat
singkat, hal itu selain memiliki manfaat positif juga akan menimbulkan berbagai
dampak negatif. Untuk itu peran pendidikan sangat diperlukan untuk memfilter
budaya-budaya tadi agar masyarakat tidak terbawa arus globalisasi, khususnya
dalam hal budaya, namun dapat menganalisis budaya apa saja yang dapat diterima
dan sesuai dengan norma-norma yang ada. Selain itu pendidikan juga berperan
mewariskan kebudayaan kepada generasi penerus.
2. Rumusan
Masalah
a. Apa
pengertian pendidikan dan kebudayaan?
b. Bagaimana
hubungan pendidikan dan pewarisan budaya?
c. Bagaimana
peranan pendidikan formal dalam proses pembudayaan?
d. Bagaimana
proses pembudayaan melalui pendidikan formal?
e. Bagaimana
hubungan kepribadian dan pendidikan?
f. Bagaimana
proses perubahan budaya?
3. Tujuan
Makalah
a. Untuk
mengetahui pengertian pendidikan dan kebudayaan.
b. Untuk
mengetahui hubungan pendidikan dan pewarisan budaya.
c. Untuk
mengetahui peranan pendidikan formal dalam proses pembudayaan.
d. Untuk
mengetahui proses pembudayaan melalui pendidikan formal.
e. Untuk
mengetahui hubungan kepribadian dan pendidikan.
f. Untuk
mengetahui proses perubahan budaya.
BAB
II
PEMBAHASAN
1)
Pengertian
Pendidikan dan Kebudayaan
a. Pendidikan
Dalam pengertian yang sederhana dan umum
makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.
b. Kebudayaan
Kebudayaan = cultuur (bahasa
Belanda) = culture (bahasa Inggris)
berasal dari perkataan latin “Colere”
yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan
aktivitet manusia untuk mengubah dan mengubah alam”.
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah : keseluruhan gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar.
2)
Pendidikan
dan Pewarisan Budaya
1. Fungsi
Transformasi
Pendidikan, khususnya tenaga pendidik
mampu melakukan perubahan yang lebih baik dan berkembang, baik dari segi
pengetahuan, sikap atau karakter maupun dari segi ketrampilan dan emosional
peserta didik yang berbasis pada kebudayaan nasional.
2. Fungsi
Transmisi
Yaitu upaya pihak-pihak yang terkait
dengan pendidikan, khususnya tenaga pendidik, mengantar peserta didiknya untuk
selalu mencintai dan mengembangkan dan selanjutnya menginternalisasi budayanya
dalam kehidupan sehari-hari.
b) Hubungan
Pendidikan dan Pewarisan Budaya
Pendidikan merupakan proses pembudayaan untuk
menjadikan hidup manusia lebih baik dan bermakna, sementara itu manusia akan
menghasilkan kebudyaan yang baik jika ditopang oleh pendidikan yang luas. Dalam
konteks inilah antara pendidikan tidak lepas dari kebudayaan dan kebudayaan
tidak terlepas dari pendidikan.
Pendidikan pada operasionalnya harus
mengacu pada akar budaya bangsa kita. Suatu bangsa akan kehilangan karakter dan
identitasnya jika memisahkan nilai-nilai budaya dalam pendidikannya, baik
secara teori maupun praktis.
c) Kesimpulan
Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi
pengetahuan, nilai/sikap, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda.
Misalnya nilai-nilai kejujuran danrasa tanggung jawab.
3)
Peranan
Pendidikan Formal dalam Proses Pembudayaan
Suwarno (1982: 72-73) sekolah memiliki
peran antara lain:
a) Sebagai
lembaga untuk mempersiapkan anak di dalam pengetahuannya.
b) Sekolah
merupakan refleksi atau cerminan kehidupan masyarakat, hingga sekolah tidak
melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan di dalam masyarakat.
c) Sebagai
evaluator kondisi di masyarakat dan selanjutnya melakukan pembinaan.
d) Sebagai
lingkungan pengganti keluarga dan pendidik sebagai pengganti orang tua.
e) Sebagai
lembaga menerima hak waris untuk mendidik anak, jika anak tidak mempunyai
keluarga.
Dari keterangan diatas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan formal mempunyai peran yang sangat penting dalam
pewarisan budaya. Karena melalui pendidikan formal peserta didik diajarkan
berbagai macam pengetahuan, ketrampilan dan norma-norma, sehingga diharapkan
nantinya akan membentuk seseorang yang berakhlak baik, terampil dan mempunyai
banyak pengetahuan yang bisa di aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat
sehingga dapat dihasilkan budaya yang baik.
4)
Proses
Pembudayaan Melalui Pendidikan Formal
Sistem dan tahapan proses transformasi
budaya kepada peserta didik melalui jalur pendidikan formal adalah sebagai
berikut:
a) Pada
tingkat Sekolah Dasar (SD)
Pada masa ini anak-anak mulai menganali
siapa dirinya dan berada di lingkungan mana. Pada tahap ini sangat tepat
mengenalkan kepada meraka sejak dini tentang cerita-cerita rakyat dalam bentuk
sederhana yang mengandung ketokohan dan keteladanan yang baik.
b) Pada
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Penyajian budaya lokal sekitar
sekolah/lingkungan sekitar peserta didik dapat dilakukan melalui pemaknaan dan
nilai setiap unsur budaya, sehingga mereka dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Pada
tingkat Pendidikan Menengah (SMA/SMK)
Menurut Tilaar (2004: 208), siswa
sebaiknya tidak hanya disodorkan mengenai fakta-fakta budaya, tetapi pada aspek
ini, sudah mulai mengembangkan kemampuan penalaran terhadap nilai-nilai budaya.
Pada tahap ini sesungguhnya mereka sudah
dapat melakukan proses analisis secara kritis mengenai nilai-nilai adat
istiadat mana yang bermanfaat, dan mana yang dapat ditinggalkan, dan
nilai-nilai apa saja yang perlu dikembangkan.
Pada tingkat ini mulai diperkaya dengan
nilai-nilai budaya yang lebih luas dari kebudayaan regional bahkan dunia.
d) Pada
tingkat Pendidikan Tinggi
Lembaga-lembaga pendidikan tinggi bukan
hanya merupakan pusat riset untuk ilmu pengetahuan tetapi juga pusat riset
untuk kebudayaan. Perkembangan fungsional kebudayaan meminta kemampuan
penalaran secara kritis mengenai nilai-nilai yang ada, maka diperlukan suatu
bentuk kajian-kajian konseptual mengenai pengembangan nilai-nilai dan sikap
toleransi dari bangsa Indonesia yang majemuk.
Pada tahap ini, bukan saja bentuk
kajian-kajian budaya mendalam, akan tetapi kontekstualisasi nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan masyarakat.
·
Dari uraian di
atas dapat dibuat kesimpulan bahwa proses pembudayaan melalui pendidikan formal
disesuaikan dengn jenjang peserta didik, dimulai dari hal yang sederhana sampai
pada hal yang bersifat kompleks.
5)
Kepribadian
dan Pendidikan
a) Pengertian
Kepribadian
Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia
itu, adalah apa yang disebut “kepribadian” atau personality. Dalam bahasa populer, istilah “kepribadian” juga
berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan
kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.
b) Nilai-nilai
yang dikembangkan
Secara psikologis karakter individu
dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yaitu:
1. Olah
hati: berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan.
Contoh:
beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adail, tertib, taat aturan, bertanggung
jawab, pantang menyerah, dll.
2. Olah
pikir: berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan
secara kritis, kreatif dan inovatif.
Contoh:
cerdas, produktif, berorientasi ipteks, reflektif, dll.
3. Olah
raga: berkenaan dengan proses presepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan
penciptaan aktivitas baru disertai dengan sportivitas.
Contoh:
bersih, sehat, tangguh, kooperatif, kompetitif, ceria, gigih, andal, berdaya
tahan, dll.
4. Olah
rasa dan karsa: berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tercermin dalam
kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan.
Contoh:
saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, peduli,
dll.
(Anonim,
2011:8)
c) Hubungan
kepribadian dan pendidikan
Pendidikan pada intinya adalah proses
membentuk kepribadian (karakter) baik pada peserta didik. Jika didalam diri
peserta didik sudah tertanam kepribadian baik maka dia akan mudah beradaptasi
dengan kehidupan di masyarakat. Untuk itu sangat penting menanamkan pendidikan
karakter kepada anak sedini mungkin, agar bisa terinternalisasi dalam dirinya.
6)
Proses
Perubahan Budaya
Diantara
konsep-konsep terpenting apabila kita ingin menganalisa proses-proses
pergeseran masyarakat dan kebudayaan adalah:
Ø Proses
belajar kebudayaan oleh warga masyarakat yang bersangkutan, yaitu
internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Ø Proses
persebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi, yaitu proses difusi.
Ø Proses
belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses
akulturasi dan asimilasi.
Ø Proses
pembaruan, yaitu proses inovasi.
a) Proses
Internalisasi
Yaitu proses panjang sejak seorang
individu dilahirkan, sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan
dalam kepribadiannya dengan segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang
diperlukannya sepanjang hidupnya. Pengembanagan kepribadian sangat dipengaruhi
oleh berbagai macam stimuli yang berada dalam sekitaran alam dan lingkungan
sosial maupun budaya.
Contoh: Seorang anak yang belajar
bagaimana cara makan yang baik dari ibunya.
b) Proses
Sosialisasi
Proses ini bersangkutan dengan proses
belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Seorang individu dari
masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam hubungan
pergaulan dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka
macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh: Seorang anak bermain dengan
temannya, secara tidak langsung dia belajar bagaimana cara bersosialisasi
dengan orang lain, misalnya bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan
teman, cara menghargai pendapat orang lain, cara bersikap baik dengan orang
lain, dll.
c) Proses
Enkulturasi
Proses ini dalam istilah bahasa indonesia
disebut dengan “pembudayaan”, yaitu seorang individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-adat, sistem norma, dan
peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Berbagai macam norma
tersebut dipelajari seseorang melalui keluarga, masyarakat ataupun sekolah.
Contoh:
Sejak kecil proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikiren warga suatu
masyarakat, mula-mula dari orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudian dari
teman-teman bermain. Seringkali ia belajar dengan meniru saja berbagai macam
tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan
meniru itu telah diinternalisasikan dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali
meniru maka tindakannya menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur
tindakannya “dibudayakan”.
d) Proses
Difusi
Yaitu proses persebaran unsur-unsur
kebudayaan ke seluruh penjuru dunia. Salah satu proses difusi adalah persebaran
unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi, yang
dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi.
Di zaman modern sekarang ini difusi
unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi,
berlangsung cepat sekali, bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara
individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat
efektif, seperti surat kabar, majalah, buku, radio, film dan televisi.
Difusi tidak pernah terjadi
dari stu unsur kebudayaan, unsur-unsur itu
selalu berpindah-pindah sebagai
suatu gabungan yang komplex yang
tidak mudah dipisahkan.
Contoh: Mobil adalah suatu unsur
kebudayaan yang mula-mula
ditemukan di Eropa, dikembangkan di
Eropa dan Amerika, kemudian
didifusikan dari
kedua pusat persebaran itu ke benua lain. Namun mobil tidak dapat diterima oleh
individu-individu dari masyarakat lain sebagai suatu alat pengangkutan yang
berguna apabila tidak ada unsur lain yang harus melengkapi pemakaian mobil itu,
yaitu unsur-unsur seperti jalan-jalan yang baik, sistem persediaan onderdil
mobil, sistem servis, pendidikan montir, sistem pajak mobil dll.
e) Proses
Akulturasi
Yaitu proses yang timbul bila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing
itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Contoh: Perpaduan antara arsitektur Hindu
dan Islam pada masjid-masjid di Jawa.
f) Proses
Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada:
(i) golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda, (ii) saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang
sangat lama sehingga (iii) kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi
masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing
berubah wujudnya wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Biasanya golongan minoritas yang
merubah sifat khas kebudayaannya, menyesuaikan dengan golongan mayoritas.
Contoh: Alvin adalah orang Sunda, namun
karena dia mendapat isteri yang berasal dari Yogyakarta, maka lama kelamaan dia
menggunaan bahasa Jawa dalam percakapannya.
g) Proses
Inovasi
Adalah suatu proses pembaharuan dari
penggunaan sumber-sumber alam, enerji, enerji, dan modal, pengetahuan baru dari
tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya
sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru. Dengan demikian inovasi
itu mengenai pembaharuan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan
ekonomi.
Contoh: Penemuan mobil listrik.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a. Pendidikan
adalah suatu usaha untuk memanusiakan manusia, sedangkan kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
b. Sebagai
proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
c. Pendidikan
formal mempunyai peran yang sangat penting dalam pewarisan budaya. Karena
melalui pendidikan formal peserta didik diajarkan berbagai macam pengetahuan,
ketrampilan dan norma-norma.
d. Proses
pembudayaan melalui pendidikan formal disesuaikan dengn jenjang peserta didik.
e. Pendidikan
pada intinya adalah proses membentuk kepribadian (karakter) baik pada peserta
didik.
f. Diantara
konsep-konsep terpenting apabila kita ingin menganalisa proses-proses
pergeseran masyarakat dan kebudayaan adalah:
·
Proses belajar
kebudayaan oleh warga masyarakat yang bersangkutan, yaitu internalisasi,
sosialisasi dan enkulturasi.
·
Proses
persebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi, yaitu proses difusi.
·
Proses belajar
unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses
akulturasi dan asimilasi.
·
Proses
pembaruan, yaitu proses inovasi.
2.
Daftar
Pustaka